Senin, 03 Juni 2013

Elite Politik Justru Merusak Nilai-Nilai Pancasila

UNTUK MEMPERINGATI ULTAH LAHIRNYA PANCASILA DAN BUNG KARNO, "INDONESIA BERJUANG" MENAYANGKAN ARTIKEL-ARTIKEL BERKAITAN (9)
http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2013/06/elite-politik-justru-merusak-nilai.html
Anies Baswedan:
Elite Politik Justru Merusak Nilai-Nilai Pancasila
Suara Pembaruan, Minggu, 2 Juni 2013 | 19:42
Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan (kiri) didampingi Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid (kedua dari kiri), Dekan Fisip Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergi Laksmono (kedua dari kanan), dan Dekan Eksekutif  Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), John Riady berbicara dalam diksui publik bertema “Pancasila Jiwa Bangsa”  di Jakarta, Minggu (2/6). [SP/Gusti Lesek]Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan (kiri) didampingi Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid (kedua dari kiri), Dekan Fisip Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergi Laksmono (kedua dari kanan), dan Dekan Eksekutif Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), John Riady berbicara dalam diksui publik bertema “Pancasila Jiwa Bangsa” di Jakarta, Minggu (2/6). [SP/Gusti Lesek]

JAKARTA] Nilai-nilai Pancasila masih hidup di dalam msyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Nilai-nilai itu hidup bukan hanya dalam diri orang-orang tua  yang telah merasakan asam garam kehidupan, tetapi juga dalam diri anak-anak muda Indonesia, yang menghidupkan Pancasila dengan cara-cara mereka sendiri.

“Sayangnya, nilai-nilai Pancasila yang sudah berakar itu dirusakkan oleh elite-elite politik. Mereka yang memainkan, sehingga nilai-nilai Pancasila semakin memudar,” kata Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan dalam diksui publik bertema “Pancasila Jiwa Bangsa”  di Jakarta, Minggu (2/6).

Diskusi yang diselenggarakan Taruna Merah Putih (TMP), sayap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu, menghadirkan pembicara Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid, Dekan Fisip Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergi Laksmono, dan Dekan Eksekutif  Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), John Riady.

Menurut Anies, selama ini banyak orang yang telah merawat nilai-nilai Pancasila, tetapi mereka tidak menjaganya.

Akibatnya muncul benalu-benalu yang kerjanya menghisap hidup Pancasila di dalam sistem politik Indonesia.

“Benalu-benalu itu menghambat upaya-upaya perbaikan yang dilakukan warga negara yang tidak memiliki kepentingan lain, selain Indonesia yang lebih baik dan bermartabat,” katanya.

Dijelaskan, pengeroposan negeri ini juga berjalan efektif, karena orang-orang baik hanya diam, hanya mengeluh, dan tak berbuat apa-apa.

“Kepada mereka yang menghambat kita katakan bahwa api Pancasila akan membakar kejahatan-kejahatan mereka. Tetapi mari kita berhenti berlipat tangan, saatnya turun tangan melunasi janji kemerdekaan dalam semangat gotong-royong, semangat yang menjadi saripati Pancasila kita,” katanya.

Memudar

Sementara itu, John Riady sepakat bahwa bangsa Indonesia harus kembali merajut dan jangan membiarkan nilai-nilai Pancasila dirobek oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Sayangnya, jangankan menghayati nilai-nilai Pancasila, menyebut nama Pancasila saja saat ini sudah sangat jarang.

John Riady mengatakan, dirinya pernah men-searching kata Pancasila di internet, dan hasilnya kata itu hanya muncul di media-media dan dibicarakan beberapa figur nasional.

“Tetapi di masyarakat, pemuda, SMA, dan mahasiswa hampir tidak ada pembicaraan soal Pancasila. Artinya sosialisasi Pancasila belum menjiwai semangat mereka,” katanya.

Karena itu, John mengusulkan perlu digencarkan sosialisasi Pancasila ke semua level, mulai dari SD hingga perguruan tinggi dan lapisan masyarakat,” katanya.

Anies Baswedan menambahkan, sosialisasi Pancasila perlu digencarkan dengan berbagai cara. “Kalau di rumah saja orang tuanya tidak pernah bicara Pancasila, jangan harap ke luar rumah anak-anak akan berbuat dan bertingkah laku Pancasilais,” katanya.

Karena itu, perlu digallak sosialisasi Pancasila, termasuk sosialisasi  melalui media massa, dengan memasukan pesan-pesan ideologis ke televisi-televisi yang ada saat ini.

Nusron Wahid mengatakan,  Pancasila perlu terus disosialisasikan. Tetapi dirinya tidak sepakat membentuk sebuah lembaga khusus untuk sosialisasi Pancasila.

“Kita akan terjebak pada pola Orde Baru, akan ada tafsir tunggal atas Pancasila. Yang dibutuhkan saat ini bukan tukang sosialisasi, tetapi pemimpin yang tegas, yang berani menindak siapa yang melanggar Pancasila,” katanya.

Sementara itu, Bambang mengatakan, tantangan ke depan kita adalah merevitalisasi Pancasiala. Bagaimana caranya?

“Ya ini tantangan kita  ke depan. Kuncinya adalah kualitas pengajaran dan membangun jaringan. Ini pekerjaan rumah kita bersama untuk merumuskan format dan materi untuk menghidupkan kembali Pancasila,” katanya. [L-8]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar