Senin, 02 Juni 2014

KEHEBATAN TOKOH SOEKARNO DAN “PEKIK MERDEKA DI LENINGRAD”

KEHEBATAN TOKOH SOEKARNO DAN “PEKIK MERDEKA DI LENINGRAD”
(http://indonesiaberjuang-gerpindo.blogspot.nl/2014/06/kehebatan-tokoh-soekarno-dan-pekik.html)
Oleh: MD Kartaprawira
Tulisan  terlampir di bawah “Pekik Merdeka di Leningrad” adalah karya Roso Daras. Artikel tersebut  mengingatkan kembali lembaran sejarah persahabatan mesra antara rakyat Indonesia dan Uni Soviet di masa bangsa Indonesia sedang berjuang sekuat tenaga untuk melanjutkan Revolusi Agustus 1945 – melawan kolonialisme demi  merebut kembali Irian Barat dan  tegaknya Negara Kesatuan RI dari Sabang sampai Merauke. Ketokohan Bung Karno telah berhasil meyakinkan rakyat Uni Soviet bahwa Indonesia adalah sahabat dekat, yang perjuangannya perlu dibantu. Syahdan, menurut Menteri Gromiko (mantan) dalam biografinya, ketika Bung Karno menceritakan penderitaan dan  nasib rakyat Indonesia di bawah  kolonialisme Belanda, Perdana Menteri Chruschev sampai meneteskan air matanya.
Di Uni Soviet di mana saja orang Indonesia diterima dengan akrab-bersahabat. Lagu “Nyiur melambai” (bhs. Rusia) banyak dinyanyikan  oleh penduduk. Lagu  “Ayo Mama” sangat disenangi oleh muda-mudi, selalu menjadi lagu penutup dalam pertemuan-pertemuan persahabatan Indonesia-Uni Soviet, yang diselenggarakan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia, yang dikirim belajar di berbagai universitas/institut Uni Soviet. Begitu besarnya solidaritas  kepada Indonesia, mereka kalau ketemu kami (mahasiswa Indonesia) selalu meneriakkan Soekarno.
Tapi sayangnya persahabatan tersebut mendapat goncangan akibat pertengkaran dalam tubuh Gerakan Komunis Internasional antara blok Uni Soviet dan blok Republik Rakyat Tiongkok (RRT), di mana Partai Komunis Indonesia lebih dekat dengan RRT. Meskipun demikian persenjataan militer untuk perjuangan merebut Irian Barat terus mengalir tanpa gangguan. Bahkan kapal-kapal selam Uni Soviet pun berkeliaran di sekitar Irian Barat (penuturan kawan, yang merupakan awak kapal selam). Demikianlah secarik lembaran sejarah tentang  jasa dan kehebatan  tokoh Soekarno  dalam perjuangan  menyatukan Negara Republik  Indonesia dan penggalangan solidaritas internasional melawan NEKOLIM.  Den Haag, 01 Juni 2014.

http://rosodaras.wordpress.com/2014/02/20/pekik-merdeka-di-leningrad/
Berikut adalah penggalan kisah perjalanan Bung Karno ke Uni Soviet. Agustus 1956. Dikisahkan dalam buku “Kunjungan Presiden Republik Indonesia Sukarno ke Soviet Uni” itu, bahwa pada hari-hari berikutnya, di mana pun Presiden Sukarno beserta rombongan tampak, maka mereka bergaul dengan rakyat secara ramah-tamah.
Sebaliknya, begitu masyarakat setempat melihat wakil-wakil Indonesia, spontan menyambut mereka dengan hangat. Demikianlah tamu-tamu disambut di mana-mana: Di Lapangan Merah, di Kremlin, di stasiun-stasiun metro, di pabrik pembikin kapal terbang, dll.
Presiden Sukarno mengunjungi Pameran Pertanian dan Pameran Perindustrian Seluruh Uni Soviet. Di pavilion Uzbektistan dan Georgia, Bung Karno melihat contoh-contoh kapas dan teh. Di pavilion “industri pembikinan mesin” Bung Karno mencermati mobil-mobil, bagian bagian alat turbin yangbesar, mesin penggali batu bara dan bermacam-macam mesin lainnya.
Di bagian peternakan perhatian tamu-tamu tertarik oleh kuda-kuda yang bagus dan cepat serta juga sapi-sapi yang memberikan susu sebanyak 8 sampai 10 ribu liter setahun. Bukan hanya itu. Dengan penuh perhatian wakil-wakil Indonesia juga melihat gudang kesenian Rusia dan Soviet yaitu Galeri Tretyakorskaya, di mana disimpan beribu-ribu buah ciptaan ahli-ahli seni lukis dan seni rupa  negara itu.
Dikisahkan pula tentang beragamnya acara dan destinasi yang Bung Karno kunjungi selama berkunjung. Selain Moskow, Bung Karno mengunjungi Leningrad, Kazan, ibu kota republik otonomi Tartar, Swerdlovsk – kota industri terbesar di Ural, Aktyubinsk—ibu kota salah satu provinsi di Kazakhstan, Tasjkent, Samarkand, Asjhabad, Baku, Sukhumi, Sotji, Stalingrad. Perjalanan berkeliling negara yang sangat besar itu, dimulai tanggal 31 Agustus malam waktu utusan-utusan Indonesia berangkat dari Moskow ke Leningrad dengan naik kereta api.
“Saya merasa berbahagia pada saat ini berada di Leningrad sebab saya tahu bahwa Leningrad adalah pusat permulaan daripada revolusi bangsa Rusia. Di Leningradlah menyala dan meledak revolusi Rusia yang telah tekenal di seluruh dunia itu,” demikian berkata Presiden Sukarno di Stasiun Kereta Api Leningrad.
Bung Karno tidak saja berpidato di stasiun. Putra Sang Fajar itu juga berpidato di muka rapat raksasa kaum buruh, insinyur, ahli teknik dan pegawai di pabrik pembikinan mesin Leningrad. Sekali lagi, Presiden Sukarno berbicara tentang kota Leningrad.
Kata Bung Karno, “Di Jakarta revolusi Indonesia meledak, di Leningrad revolusi Rusia meledak. Mengertikah saudara-saudara sekalian apa sebab saya berbahagia berada di kota Leningrad, apa sebab saya merasa cinta kepadamu, apa sebab saya merasa cinta kepada segenap rakyat Leningrad? Mengertikah saudara-saudara bahwa sekarang di antara rakyat Indonesia dan saudara-saudara ada satu hubungan yang tidak dapat dilenyapkan oleh siapa pun jua.”
Dalam kesempatan itu, Presiden Sukarno meminta protokol dan rakyat Soviet tidak memanggil “Paduka Yang Mulia”. Dia minta dipanggil secara sederhana saja, ”Bung Karno” seperti dia disebut dan dipanggil oleh teman-teman sebangsanya.

Selanjutnya Bung Karno juga menceritakan, bahwa orang-orang Indonesia menyambut satu sama lain dengan memekik kata “Merdeka”. Presiden menganjurkan semua para hadirin memekik “Merdeka” lima kali bersama. Bung Karno lantas memekikkan kata Merdeka, spondan beribu-ribu buruh yang hadir di rapat itu mengulangi kata salam Indonesia itu dengan memekik “Mer-de-ka!” Bergemuruhlah pekik merdeka di Leningrad! (roso daras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar