Selasa, 31 Juli 2012



Sosiolog: Kehadiran Jokowi Mengancam SBY

Riski Adam
18/07/2012 17:54
Liputan6.com, Jakarta: Joko Widodo fenomenal. Wali Kota Solo ini mampu mematahkan prediksi sejumlah survei dengan memenangi putaran pertama Pilkada DKI Jakarta mengalahkan Fauzi Bowo. Kehadiran Jokowi seperti sebuah jawaban atas keinginan masyarakat Ibu Kota dari sosok angkuh pemimpin Jakarta saat ini.

Demikian dikatakan sosiolog dari Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola dalam diskusi dengan tema "Bangkitnya Golkar dan Partai-Partai Neo-Orba" di Jakarta, Rabu (18/7). "Sekarang fenomena kegembiraan masyarakat sudah terlihat dengan hadirnya Jokowi. Pemimpin seperti itulah yang diinginkan rakyat," katanya.

Bahkan, kata Thamrin, kehadiran Jokowi dapat menghancurkan apa yang telah direncanakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menaruh kader partainya di Jakarta yakni Fauzi Bowo dalam melanjutkan pembangunan. "Tampilnya Jokowi bisa melunturkan seluruh apa yang sudah dilancarkan SBY di Jakarta," tuturnya.

Menurut Thamrin bukan hanya Foke, SBY juga ikut terancam dengan kehadiran Jokowi. Sebab sosok Jokowi adalah pemimpin alternatif dan dapat mengukur pola kepemimpinan saat ini di era pemerintahan SBY. "Dia (Jokowi) merupakan alternatif, barometer yang mengukur pemimpin seperti apa yang diinginkan," pungkasnya.(JUM)
Menguak Konspirasi Jahat AS Terhadap Indonesia,
Tentang Virus Flu Burung (H5N1)

Posted on Februari 4, 2012

 Menguak Konspirasi
Jahat AS Terhadap Menteri Kesehatan Indonesia, Tentang Virus Flu
Burung (H5N1) 

 “Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan
peralatan militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia
menarik buku Siti Fadilah Supari setebal 182 halaman itu. Majalah The Economist
London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak yang memulai revolusi dalam
menyelamatkan dunia dari dampak flu burung.”

 Pada tahun 2005-2009 lalu, Menteri
Kesehatan Siti Fadilah Supari (59) membuat gerah World Health Organization
(WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Fadilah berhasil menguak konspirasi AS
dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus
flu burung, Avian influenza (H5N1).

Setelah virus itu menyebar dan
menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin
lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudulSaatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.

Selain dalam edisi Bahasa Indonesia,
Siti juga meluncurkan buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judulIt’s Time for the World to Change.

Konspirasi tersebut, kata Fadilah,
dilakukan negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada
penyebaran virus flu burung.

“Saya mengira mereka mencari keuntungan
dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita,” ujar Fadilah
kepada Persda Network di Jakarta.

Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Fadilah dengan mengatakan,
Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari
penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi.

Karena itu pula, bukunya dalam versi
bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO. “Kegerahan” itu saya tidak
tanggapi, betul apa nggak, mari kita buktikan.”

“Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi
juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO,
lewat Freeport, dan lain-lain. Coba kalau tidak ada, kita sudah kaya,” ujarnya.

Fadilah mengatakan, edisi perdana
bukunya dicetak masing-masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.

“Saat ini banyak yang meminta, jadi
dalam waktu dekat saya akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau
cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk rencana ini saya sedang
mencari dan membicarakan dengan penerbitan besar,” katanya.

Selain mencetak ulang bukunya, perempuan
kelahiran Solo, 6 November 1950, mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua.

“Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu
akan saya beberkan semua bagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan
58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk
kelontongan”, ujarnya.

“Virus yang saya kirimkan dari Indonesia
diubah-ubah Pemerintahan George Bush,” ujar menteri kesehatan pertama Indonesia
dari kalangan perempuan ini.

Siti enggan berkomentar tentang
permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari
peredaran.

“Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa
Indonesia, sebagian, sekitar 500 buku saya bagi-bagikan gratis, sebagian lagi
dijual ditoko buku. Yang bahasa Inggris dijual,” katanya sembari mengatakan,
tidak mungkin lagi menarik buku dari peredaran.

Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan
militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia menarik buku
setebal 182 halaman itu.

Mengubah Kebijakan apapun komentar
pemerintah AS dan WHO, Fadilah sudah membikin sejarah dunia. Gara-gara
protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung, AS dan WHO
sampai-sampai mengubah kebijakan fundamentalnya yang sudah dipakai selama 50
tahun.

Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban
tewas flu burung mulai terjadi di Indonesia pada 2005. Majalah The Economist London menempatkan Fadilah sebagai
tokoh pendobrak yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu
burung.

“Menteri Kesehatan Indonesia itu telah
memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat
ini dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yaitu transparansi,” tulis
The Economist.

The Economist,
seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika edisi Maret 2008 lalu, mengurai,
Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena endemik flu burung 2005 silam.

Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat
tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung.

Di tengah upayanya mencari obat flu
burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melaluiWHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong
memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen.

Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah.
Namun, ia juga meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya
ternyata sama. Tapi, mengapa WHO meminta sampel dikirim ke Hongkong?

Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia
terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal
itu diambil dan dikirim ke WHO  untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit
virus.

Dari
bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta, pembuat
vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju, negara kaya,
yang tak terkena flu burung.

Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara
korban, kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi.

Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan,
harga diri, hak, dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas
dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN)
WHO.

Badan ini sangat berkuasa dan telah
menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110
negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak. Virus itu
menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin!

Di saat keraguan atas WHO, Fadilah
kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO.

Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS.
Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak
diketahui. Ternyata ini berada di bawah Kementerian Energi AS. Di lab inilah
duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu? Untuk vaksin atau
senjata kimia?

Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia
minta WHO membuka data itu. Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya
dikuasai kelompok tertentu. Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus
2006, WHO mengirim data itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak
ketertutupan Los Alamos, telah memujinya!

Majalah The
Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi
transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO agar
mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi
Pentagon.

Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus
berjuang hingga tercipta pertukaran virus yang adil, transparan, dan setara.

Ia juga terus melawan dengan cara tidak
lagi mau mengirim spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu
mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan dunia.

Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski
Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada akhirnya
dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO
akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus disetujui dan
GISN dihapuskan.

Jejak Chemtrail di
langit Jakarta

Jejak-jejak kimia berupa asap “tak alamiah” dari kondensasi pesawat berupa awan
memanjang (chemical trails/chemtrails) yang disemprotkan pesawat asing kadang
juga berisi aerosol bermuatan virus maut yang sengaja disemprotkan.

Chemtrails sering disemprotkan di atas langit Jakarta untuk
“mempersiapkan” warga Jakarta dan sekitarnya “menerima” virus flu burung (H5N1)
yang telah dimodifikasi. Bagaimana kelanjutannya? Silahkan baca: Depopulasi
Dunia: Pesawat Semprot Zat Kimia Berupa “Chemtrails” di Angkasa (The Economist/icc.wp.com)\

http://indocropcircles.wordpress.com/2012/02/04/menguak-konspirasi-jahat-as-tentang-virus-flu-burung-h5n1/

 

Politik Santun Ala SBY, Upaya Pencitraan untuk Tutupi Dosa
Tue, 19/06/2012 - 17:12 WIB
JAKARTA, RIMANEWS-Berpolitik santun yang berkali-kali diusung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada hakekatnya adalah topeng yang digunakan untuk menutupi dosa-dosa poilitik. Di tangan SBY, berpolitik dengan santun diwujudkan dengan pencitraan. Padahal, pencitraan ternyata salah satu bentuk dari ajaran Machiavelli yang menghalalkan segala cara.
Demikian benang merah dari diskusi bertema ”Politik Santun, Antara Retorika dan Kenyataannya” yang diselenggarakan Rumah Perubahan 2.0, Selasa (19/6), di Jakarta. Hadir dalam diskusi tersebut guru besar posikologi UI Hamdi Muluk, pakar filsafat politik UI Donny Gahral, dan mantan  menteri keuangan Fuad Bawazier.
Menurut Doni, pernyataan SBY yang berkali-kali minta agar para politisi santun dalam berpolitik, sesungguhnya hanyalah topeng untuk menutupi dosa-dosa politiknya. Ibarat topeng, semakin tebal topeng yang dipakai semakin banyak pula dosa politik yang hendak disembunyikan.
"Daripada sibuk mendefinisikan politik santun, lebih baik kita periksa dosa-dosa SBY. Banyak sekali dosa politik SBY. Antara lain membiarkan APBN untuk menalangi Lapindo, kemudian bailout century dan masih ada lagi. Jadi tidak mengherankan bila dia sibuk memperkenalkan politik santun. Itu semua dimaksudkan untuk menutupi dosa-dosa politiknya," kata Donny.
Machiavelli
Pendapat senada juga datang dari Hamdi. Dia berpendapat, politik santun yang diwujudkan dengan pencitraan oleh SBY, pada hakekatnya adalah juga bagian dari ajaran Machiavelli yang menghalalkan segala cara. Lewat pencitraan, SBY berusaha menipu rakyatnya seolah-olah dia adalah presiden yang baik dan penuh perhatian.
Filosof politik Italia yang lahir tahun 1469 di Florence, Italia, dan  bernama lengkap Niccolo Machiavelli ini, termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan. Menurut doktrin Machiavelli,  seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman dan kekuatan.
“SBY seperti musang berbulu ayam. Dia sibuk dengan pencitraan, tapi berbagai kebijakannya justru menguntungkan asing dan merugikan rakyatnya sendiri. Dalam berpolitik, seharusnya yang diutamakan adalah manfaatnya yang berujung pada kemaslahatan publik. Kalau dalam praktiknya kepentingan publik terabaikan, itu justru tidak santun namanya,” ujar Hamdi.
Lagi pula, lanjut dia, tidak ada santun dalam politik. Politik itu pertempuran, keras, saling serang.  Santun hanyalah jargon kosong yang diulang-ulang. Akan jauh lebih bermanfaat, kalau SBY mengusung politik beretika, berintegritas dan bermartabat. Orang yang berpolitik dengan etika, Integritas, dan bermartabat pasti akan menghindari korupsi dan tidak akan menghalalkan segala cara.
Donny menambahkan, rakyat Indonesia cenderung menerima apa yang tampak dari luar. Akibatnya, politik pencitraan yang dilakukan pemimpin bangsa ini dianggap suatu nilai positif. Padahal,  di belakang politik pencitraan itu dipenuhi dengan kebohongan luar biasa.
"Pada Pemilu 2009 lalu, semua capres sama-sama kampanye akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun setelah diteliti, cara yang mereka tempuh baru ketahuan mana yang neolib dan mana yang konstitusional. Pemilu 2014 nanti kita pilih mana? Presiden yang tampil apa adanya tapi konstitusional atau presiden yang santun, tapi dosanya banyak? Semoga 2014 kita mempunya presiden yang tidak santun tapi berpihak kepada publik dan kebijakannya menguntungkan rakyatnya," tukas Donny. (*)

http://rimanews.com/read/20120619/66439/politik-santun-ala-sby-upaya-pencitraan-untuk-tutupi-dosa?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter






Mau Jadi Presiden, Rebut Hati Pemuda

Riski Adam
07/06/2012 20:29
Liputan6.com, Jakarta: Potensi pemilih pada pemilu 2014 akan didominasi oleh anak muda yang jumlahnya ditaksir mencapai 90 ribu hingga 100 ribu. Demikian dikatakan Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bidang Pemuda dan Olahraga Maruarar Sirait usai Rakorbid III PDIP Bidang Pemuda dan Olahraga di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (7/6).

"Pemilih pemuda itu di bawah 30 tahun ada sekitar 40 persen di tahun 2014. Jadi kalau 230 juta kali 40 persen paling tidak ada 90 hingga 100 juta orang," urai Maruarar. Menurut Maruarar, jika ada capres yang mampu mengambil hati pemuda dan memperjuangkan hak serta aspirasinya, capres itu dapat terpilih jadi presiden. Partainya akan turut memenangkan pemilu legislatif.

"Jadi siapa yang bisa bisa meyakini pemuda untuk membawa agenda perubahan, memperjuangkan nasibnya, karena banyak anak muda yang pengangguran dan miskin, maka saya yakin jika calon presiden meyakinkan itu, akan menang," katanya. Seharusnya tiap partai berlomba memperjuangkan aspirasi anak muda. "Kita tidak ingin hanya politik pencitraan saja jelang pemilu 2014," pungkasnya.(ALI/JUM)


Mega: Penanganan Korupsi Seperti Ular Kambang

Tim Liputan 6 SCTV
18/06/2012 15:35
Liputan6.com, Tabanan: Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri menilai kasus korupsi di Tanah Air masih tebang pilih dan cenderung semakin banyak. "Sekarang orang banyak melakukan korupsi, tetapi bayangkan kasus korupsi terus tebang pilih. Ketika anak-anak saya terkait hal itu, sangat cepat dan luar biasa, langsung masuk, kalau sekarang seperti ular kambang," kata Megawati di Tabanan Bali, Senin (18/6).

Dia mengibaratkan penanganan maupun penengakan kasus korupsi yang kini telah merambah dihampir semua masyarakat sama dengan ular kambang yang ragu-ragu dan saling tarik menarik. Mantan presiden kelima itu mengaku tidak tahan melihat kondisi bangsa yang banyak diliputi kasus korupsi. Padahal Indonesia merupakan negara demokratis.

Dia mengatakan hukum Indonesia memiliki asas praduga tak bersalah dan nantinya bisa dibuktikan di pengadilan untuk menentukan yang benar dan salah. Namun ia menyayangkan masih ada praktik menyimpang yang dilakukan oknum-oknum tertentu dengan adanya pengadilan bayangan. "Pengadilan itu digambarkan sebagai timbangan agar adil dan itu dipertanggungjawabkan atas nama Allah, tapi masih saja ada pengadilan bayangan dibelakang," katanya.(ANT/JUM)




Megawati: Getaran Bung Karno Mulai Terasa

Tim Liputan 6 SCTV
18/06/2012 16:05
Liputan6.com, Denpasar: Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri mengatakan getaran terhadap penghormatan Bung Karno sudah mulai terasa. Tidak hanya dilakukan kalangan partainya, namun juga masyarakat luas.

"Saya mulai merasakan getaran itu. Tidak hanya kalangan partai namun, nama beliau sebagai Sang Proklamator, Bapak Bangsa sudah disebutkan dalam berbagai acara seperti seminar. Nantinya sejarah yang akan bercerita sendiri sehingga bangsa tidak lagi kelu menyebut nama beliau," ucapnya di Tabanan, Bali, (18/6) Senin.

Dia mengatakan, setiap bulan Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno yang diputuskan melalui kongres ketiga PDIP dengan melihat kenyataan yang sejak tahun 1965 nama Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia itu ditiadakan.

Kenangan puluhan tahun itu masih terasa pahit pada puteri Presiden Pertama itu dengan menyayangkan banyak generasi muda saat ini yang malah tidak tahu akar sejarah dan perjuangan Soekarno yang berjalan sejak masih muda pada abad ke-20.

Adanya Bulan Bung Karno, tambah Megawati, adalah momentum yang sangat pas, mengingat bertepatan dengan beberapa momen yang jatuh pada Juni di antaranya Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Juni 1945, hari kelahiran Bung Karno pada 6 Juni 1901, dan hari wafatnya Pendiri Bangsa itu pada 21 Juni 1970.

Presiden kelima Indonesia itu menegaskan agar bangsa Indonesia tidak melupakan sejarah dan tokoh bangsanya. Melalui Bulan Bung Karno, sosok presiden pertama itu "dihidupkan" kembali.

Dia mencontohkan negara-negara besar seperti Cina dengan Mao Tse Tung, India dengan Mahatma Gandhi, dan Amerika Serikat dengan George Washington yang tidak pernah dilupakan oleh bangsanya. "Bukan saya bermaksud mengkultus individukan seseorang tetapi bagaimana pun juga jika kita lihat negara besar di dunia tidak akan pernah lupa akan sejarah dan tokoh bangsanya," ucap Megawati.(ANT/JUM)